Dalam pengambilan keputusan membeli rumah, faktanya orang-orang dipengaruhi oleh dua motif, yaitu motif rasional dan emosional. Saat logika yang bekerja, maka motif rasional yang mempengaruhi. Saat perasaan yang bermain, di situlah motif emosional melatarbelakangi.
Urusan beli rumah ternyata tidak terlepas dari yang namanya perasaan. Tidak jarang yang memutuskan membeli rumah karena faktor emosional, seolah ingin membuktikan sesuatu. Mau dibilang salah, tidak juga karena beli rumah hitungannya investasi. Namun yang keliru itu, saat perasaan atau emosi terlalu dominan hingga melupakan atau mengacuhkan realita, seperti kemampuan finansial atau ekspetasi yang berlebihan.
Nah, apa saja sih motif emosional yang kerap melatarbelakangi orang beli rumah? Dilansir dari Rumaruma.id, Simak selengkapnya berikut ini:
1. Bukti keberhasilan
Setelah mobil, rumah kerap menjadi simbol pencapaian seseorang yang memberikan kebanggaan tersendiri. Apalagi jika meraihnya di usia relatif muda, memiliki rumah dinilai dapat meningkatkan derajat dan status sosial.
2. Ketenangan pikiran
Daripada sakit hati membayar tagihan sewa rumah, mending membayar cicilan rumah karena setelah kontrak cicilan berakhir dan diselesaikan, maka rumah tersebut dapat dimiliki. Pertimbangan di atas banyak menjadi alasan bagi seseorang untuk membeli rumah. Memang awalnya berat karena harus membayar DP yang tidak kecil. Namun jika bisa diatasi, keputusan membeli rumah pada akhirnya akan membawa ketenangan pikiran karena ada hasilnya, yaitu rumah masa depan.
3. Preferensi gaya hidup
Sebagian besar orang membeli rumah didasarkan pada preferensi gaya hidup, seperti menginginkan privasi atau ruang tinggal dengan desain yang disukai. Hal tersebut dapat dicapai dengan memiliki ruang tinggal sendiri karena jika masih menyewa, ada batasan-batasan yang harus diikuti.
4. Tekanan sosial
Lingkungan sosial kerap membawa tekanan sendiri yang ujungnya memaksa orang untuk bertindak melebihi ekspektasi atau kemampuan. Teman-teman sudah memiliki rumah sebelum menikah membuat kalian merasa juga harus melakukan hal yang sama. Padahal secara finansial belum memungkinkan dan belum tentu juga teman-teman kalian membeli rumah dengan upaya sendiri alias dengan bantuan orang tua.